Jumat, 21 Maret 2014

#1 Langit Berkata Jujur

     Di tempat ini, Cherr selalu memandangi langit sambil tersenyum. Sejak pertama kali dia menemukan tempat ini, Cherr menjadikannya sebagai tempat kesayangan. Cherr selalu percaya, Ketika melihat langit masalah apapun yang dia hadapi pasti akan terlepas walau perlahan, seperti lambatnya gerakan awan. Cheryl Kaelynne Skyla, seorang gadis cantik bertubuh ideal, memiliki rambut sebahu, dan lesung pipi ini berumur 16 tahun . Dia memiliki hoby menatap langit sore yang cerah. "Awal tahun.. Blue, apa gua harus berubah? Melepas semua topeng yang memuakan ini? Membiarkan gua tenggelam dalam kesedihan dan melihat lo terus menerus? " Guman Cherr yang asik bercerita pada Blue, langit biru kesayangannya. Segala kekesalan yang dia alami meluap begitu saja ketika dia melihat awan bergerak perlahan. Cherr paling senang dengan keadaan langit tanpa awan mendung dan matahari yang terik. Dia hanya ingin langitnya itu teduh seperti saat ini. Di sini, diatas gedung tua bertingkat 3 dengan atap yang entah kemana Cherr tidur terlentang diatas karpet berukuran sedang yang dia bawa dari rumah dan ditinggalkannya dengan sengaja di sini. "Kenapa bayang-bayang dia tidak pernah terlepas Blue? Dia sudah jauh. Sudah lama gua gak berhubungan dengan dia. Gua masih gak suka sama caranya dia." Teriak Cherr dengan sesekali memukul tikar nya, seketika suasana menjadi hening. Hanya suara angin yang dapat dia dengarkan.

~FlashBack~
     Revan Garuda. Laki-laki bertubuh tinggi dengan perawakan bule ini adalah teman Cherr dikelas 1 SMP, kebetulan mereka sekelas dan duduk berdampingan. Revan dikenal sebagai cowok keren, ganteng dan pintar tapi sangat jutek. Dia menutup diri dengan semua orang, termaksud guru-gurunya.Cherr tidak menyangka akan duduk bersebelahan dengan Revan, Revan sangat dikagumi banyak cewek  namun, dia sangat cuek. Bahkan  terkesan terlalu jutek.Cherr menginginkan masa-masa SMP yang bahagia namun, ternyata dia harus membuang jauh-jauh keinginannya itu karena harus duduk bersebelahan dengan Revan. Ini adalah hari pertama Cherr belajar di kelas setelah melewati masa orientasi siswa 3 hari yang lalu.Di dalam kelas, Revan sedang membaca sebuah buku. Memang salah satu rutinitas dan kebiasaan Revan adalah membaca buku. Dia lebih senang mengalihkan perhatiannya pada buku daripada harus banyak berbicara dengan teman-temannya dikelas.
  "Hai gua Cherr.. Nama lo?" Sapa Cherr ketika berada di sebelah Revan.
  "..."
  "Kita duduk sebelahan loh."
  "..."
  "Hellowww. Gua lagi ngomong sama lo loh. Nama lo siapa?"
  "Revan."
  "Ohh.. salam kenal."
  "..."
Ini mimpi buruk bagi Cherr. Jelas selama 1 semester dia harus duduk bersebelahan dengan Revan yang telah membuat dia geram karena kelakuannya yang sulit diajak berkomunikasi. Revan hanya memperdulikan buku nya daripada orang sekitarnya termaksud Cherr teman yang duduk di sebelahnya itu.
     Selalu ketika Cherr ingin berbicara dengan Revan, laki-laki itu sedang asik dengan rutinitasnya.Rasanya Revan tidak mau ada yang mengganggunya namun, Cherr selalu tidak memperdulikannya. Kapan pun ketika Cherr mau berbicara dengan Revan, dia tidak akan melihat apakah saat ini Revan sedang memegang buku atau tertidur. Dia akan berbicara pendek atau panjang lebar tanpa perhatian sedikit pun dari Revan. Namun, pada akhirnya Revan sudah terbiasa dengan kelaukan Cherr. Dia menikmati setiap sapaan pagi Cherr, cemprengnya suara Cherr ketika menjawab pertanyaan, muka memelas Cherr ketika ingin meminjam PR darinya, bahkan dia sering memergoki Cherr yang sedang melamun di tengah pelajaran.Dan Revan merasa dia tidak mau kehilangan sosok Cherr seperti dia kehilangan sosok kakaknya.
          ~Revan Garuda's Stories~
     "Kakak sayang Revan?" Tanya seorang anak laki-laki berumur 12 tahun kepada seorang gadis manis berumur 16 tahun yang sedang membaca buku, dia meletakan bukunya lalu menghampiri anak laki-laki itu, tersenyum manis sambil mengusap kepala anak laki-laki itu dan berkata dengan sangat anggun dan lembut, "Kenapa Revan tanya seperti itu? jelas kakak sangat menyayangi Revan, Lea dan Danita. Kakak kan seorang kakak yang baik." jawab gadis itu kepada adiknya, Revan. Ya, Revan memiliki seorang kakak perempuan bernama Rena yang berumur 16 tahun. Rena memang anak tertua dari 4 bersaudara. Dia sangat dekat dengan Revan dikarenakan perbedaan umur Rena dan Revan dengan ke dua adiknya tersebut cukup jauh. Lea baru berumur 6 tahun dan Danita berumur 4 tahun. Karena itu, biasanya Revan lebih sering dekat dengan kakaknya. Revan suka bercerita kepada kakaknya, cerita tentang pengalaman dia disekolah, ketika dia mulai disukai oleh teman-temannya, ketika adiknya Danita suka bertengkar dengan Lea, bahkan ketika Revan mendapatkan ulangan dengan nilai cukup jelek, dia lebih memilih cerita kepada kakaknya tanpa memberitahukan orangtuanya. Revan sangat mengidolakan Rena, dia percaya kelak dia akan bertemu wanita seperti Rena yang periang, lembut, penyayang dan perhatian pada dia untuk menjadi pendampingnya kelak.
     "Revan, kamu gak berangkat? nanti kamu telat loh!" Teriak Rena dari balik pintu kamar Revan. "Revan turun lima menit lagi kak. Tunggu di meja makan aja, nanti berangkatnya bareng. Revan jangan ditinggalin ya." jawab Revan sambil memasangkan dasinya. Lima menit kemudian Revan keluar dari kamarnya, dia merasa dirinya sudah rapi pagi ini. Dia bergegas menuju meja makan lalu mengambil roti, mengunyahnya dan meminum susu coklat kesukaannya. Lalu dia segera menuju teras untuk memasang kaus kaki dan sepatunya. Dia duduk di bangku yang berada di samping kakaknya.
  "Revan, denger kakak ya."
  "Kenapa kak? Revan sudah belajar. Revan siap ulangan kok." jawabnya sambil memasang sepatu
  "Bukan itu Revan, inget kata kakak ini Kalau kamu merasa sendiri, punya masalah, dan ingin menangis,     kamu harus melihat langit. Lihat betapa lambatnya gerakan awan itu namun, dia tetap maju. bahkan ketika   dia membawa awan mendung.Ketika melihatnya, ingatlah awan mendung itu dapat hilang. Seperti               kesendirian atau masalah kamu. Seberat apapun masalahnya, dia tetap berjalan kedepan dan lama-lama       akan menghilang. Ingat itu ya." Rena diam sesaat lalu memandang langit. Dia membuat senyum diwajahnya.
  "Kakak itu ada aja. Kalau Revan sendiri kan ada kakak. Kalau Revan ada masalah, Revan bisa cerita ke   kakak tanpa melihat langit. Itu sudah biasa kita lakukan kak. Dan ketika Revan ingin menangis, revan             akan memeluk kakak dengan kuat dan tangis Revan tidak akan pernah ada.Kakak adalah langit buat             Revan. Ayo kak kita berangkat. Nanti telat."
  "Iya."
      Revan tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada dirinya dan kakaknya kelak.Dia hanya ingin terus bersama dengan kakaknya dalam waktu yang lama. Dia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi kakaknya. Dia sangat menyayangi kakaknya. Namun, Tuhan membuat rencana lain bagi Revan dan Rena.
     Hari ini tanggal 2 April. Tepat di hari ulang tahun Revan ke-13. Dia tidak merayakan ulang tahunnya, hanya berkumpul bersama keluarga dan makan bersama. Hal sederhana yang selalu terjadi di setiap tahunnya. Rena ingin memberikan yang terbaik untuk adiknya, dia telah menyiapkan kado spesial untuk adiknya yang tercinta itu. Dia telah menyiapkan kotak kecil bergambarkan langit cerah dengan awan, di dalamnya terdapat gelang rajut berwarna biru muda dan putih yang dia bikin sendiri untuk adiknya. Dia ingin adiknya terus mengingat dia seperti langit yang tidak pernah melupakan dia. Sepucuk surat juga diletakannya di dalam kotak itu. Dia tidak sabar untuk segera pulang dan memberikan hadia tersebut namun, semua berubah. Rena tertabrak mobil di depan sekolahnya, dia sempat dilarikan kerumah sakit dan koma selama 3 hari. Revan terus berdoa untuk kesehatan Rena, Revan mau dia dapat terus menjaga Rena. Setelah koma 3 hari, Rena menghembuskan nafas terakhirnya di depan Revan. Suatu pukulan yang sangat besar bagi Revan karena harus melepas kakaknya pergi untuk selamanya.
     Setelah pemakaman Rena, Revan segera kembali kerumah. Dia teringat akan kado pemberian kakaknya itu.Perlahan dia menghampiri kotak itu dan mengambilnya, air matanya tidak berhenti mengalir. Dia membuka perlahan kotak itu, dan dia menemukan gelang yang sangat indah. Dia yakin itu buatan kakaknya, dibawah gelang itu dia menemukan amplop kecil berwarna biru. Dia segera membuka dan menemukan sebuah surat, lalu dia mulai membacanya.

  Dear Revan,
Revan sayang, Happy Birthday. Ini hadiah kecil dari kakak, hanya gelang rajut sederhana. Tidak apa-apa kan? hehe :) Revan sekarang sudah besar, sebentar lagi seragam putih merah kamu akan berubah jadi putih biru.Kakak tau, itu saat-saat yang paling kamu tunggu, tapi maafin kakak ya. Kakak merasa belum menjadi kakak yang terbaik buat kamu.Kakak merasa gak akan bisa selalu disamping kamu, terutama sewaktu seragam kamu berganti nanti. Tetapi kamu harus tau, kakak selalu sayang sama kamu. Dimanapun kakak berada, kakak kan selalu ada di hati Revan, menjaga,mengawasi,membimbing kamu. Ingat kata kakak soal langit. Ketika nanti kakak tidak ada, kamu harus lihat langit. Lupain semua masalah kamu, hilangin sedih kamu, jangan pernah menangis lagi, dan ingat kamu tidak sendirian, ada kakak di hati kamu. Maafkan kakak Revan kalau kakak tidak bisa bersama kamu lebih lama. Ini mungkin menjadi kado terakhir dari kakak. Jangan pernah lupakan kakak ya :) Kakak sayang Revan sampai kapanpun. Titip salam buat Lea,Denita,Ibu,dan Ayah..

                                                                                                                  Salam sayang Rena :)
     Revan tidak pernah menyangka isi surat yang diberikan kakaknya itu tepat. Apa mungkin kakaknya itu sudah memiliki firasat? Revan sangat menyesali kepergian kakaknya. Dia menganggap dirinya tidak bisa menjaga kakaknya, dia menyalahkan dirinya sendiri. Sejak saat itu, Revan menjadi seorang yang dingin. Dia pendiam, kaku, dan susah diajak berkomunikasi. Ketika ada masalah, Revan tidak pernah bercerita kepada siapapun, dia akan langsung melihat gelang hadiah dari kakaknya itu, dan dia akan merasa sangat tenang. Dia percaya kakaknya selalu ada di hatinya. Dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikan posisi kakanya itu.

  "Pagi Revannn...." Sapa Cherr membuyarkan lamuan Revan.
  "..."
  "Van, lo udah ngerjain PR belom? gua mau liat dong.."
  "Di tas. Check sendiri."
  "Makasihh yaaa.. Lo emang baik banget deh."
  "Iya."
  "Van, boleh ngomong sebentar gak?
  "Kenapa?"
  "Gak tau kenapa, td mlm gua mimpiin elu."
  "Kangen?"
  "Bukann itu dodol. Jadi ceritanya di mimpi gua tadi malem itu ada cewek cantik banget bilang ke gua ada yang harus gua katakan ke elu. Sebenarnya gua bingung apa yg harus gua katakan. Gua sempet kebangun jam tiga terus keinget sama pandangan gua tentang langit. Gua gak maksa lo mau denger apa gak, jadi terserah elu mau denger atau gak."
  "Apaan kata-katanya?"
  "Ketika lo sedih, punya masalah, mau marah, dan ingin nangis, lo liat langit. Itu bisa bikin lo tenang. Gua tau,
lo dingin kayak gini pasti ada sesuatu dibaliknya. Tapi lo harus percaya kalau semua bisa lo lewatin. Kayak   awan yang membawa gelapnya mendung, walau bergerak pelan tetapi pasti mendung itu akan hilang.           Kayak semua masalah lo aja, walau lama banget penyelesaiannya tapi pasti akan hilang dan berlalu. Gua       penggemar langit, langit itu indah." Ucap Cherr sambil memandang langit.
   
     Revan terdiam sesaat, dia ingat     akan sosok kakaknya. Dia tidak menyangka ada orang lain yang dapat berkata hal yang sama. Dia tidak     menyangka ada orang lain juga yang begitu mencintai langit seperti kakaknya.Dan dia tidak menyangka         orang itu adalah Cherr.
  "Kenapa lo bisa ngomong gitu? liat di internet?"
  "Waktu gua kelas 4 SD gua suka melihat langit apa lagi ketika awannya sempat bergerak cepat. Mulai saat
itu gua mengagumi langit. Dan 1 bulan yang lalu, kata-kata itu muncul begitu saja waktu gua lagi mandang     langit."
  "..."
  "Lo gak suka langit ya?"
  "Gak tau."
  "Hahaha.. udah ah, gua mau ngerjain PR dulu. Pinjem yaa"
  "..."

Setelah percakapan tersebut, entah mengapa Revan berubah sangat derastis. Dia tidak lagi sedingin dulu pada Cherr. Revan mulai bisa tertawa di dekat Cherr, Revan mulai bisa membagi kisah hidupnya kepada Cherr termaksud kisah pilu kematian kakaknya.
     Kini Cherr tau bahwa Revan tidak secuek yang dia kira. Revan itu seorang teman yang asik diajak bercanda. Dan Cherr dapat mengetahui keadaan keluarga Revan, Ayah Revan sudah tidak tinggal bersama Revan. Orangtua mereka tidak bercerai namun, Ayah Revan harus tinggal di Bandung untuk memenuhi kebutuhan Revan, Ibu dan kedua Adiknya. Revan hanya membagi kisah hidupnya itu dengan Cherr. Entah mengapa Revan yang begitu tertutup dapat leluasa bercerita dengan Cherr.Cherr juga sering memperhatikan tingkah Revan,  Revan memiliki suatu kebiasaan. Kebiasaannya adalah mencurahkan isi hatinya di sebuah buku. Memang terkesan mirip seperti diary, namun tulisan Revan terkadang seperti artikel-artikel yang dia ciptakan sendiri.
     Banyak yang berpendapat bahwa Revan dan Cherr sangatlah dekat. Di mana ada Revan pasti setidaknya dapat menemukan Cherr, begitu juga sebaliknya. Semua siswa di SMP nya itu sering mengatakan bahwa mereka berdua Pacaran atau memiliki hubungan khusus namun, kenyataannya tidak ada apa-apa diantara mereka."Hanya berteman baik kok." Tutur Revan bila ditanya teman-temannya. Cherr pun selalu menjawab demikian namun, seiring berjalannya waktu Cherr tidak hanya menganggap Revan sebagai seorang teman.
     Hari ini tepat tanggal 10 Juni, Cherr berulang tahun ke-14, pagi-pagi sekali mama dan papa Cherr sudah berkunjung ke kamar Cherr dengan membawa Chocolate Lava Cake kesukaan Cherr yang dihiasi lilin dengan angka 14. Cherr segera membuat permohonan dan meniup lilinnya, lalu mencium papa dan mama nya untuk mengucapkan terimakasih. Setelah papa dan mama nya keluar dari kamar, Cherr memeriksa handphone nya. Dia ingin membalas pesan yang masuk satu per satu. Nama yang tertera paling bawah adalah nama Revan. Dia mengirim pesan itu tepat pukul 12 malam.

-Message From : Revan Garuda
     Happy Birthday Cherr. Semoga semua yang lo harapkan terjadi, dan semua semakin baik lagi. Jangan telat sekolahnya. Gua tunggu ya. bye (Gak usah dibales)

    Cherr tersenyum melihat message dari Revan tersebut, dia bergegas mengambil handuk dan segera mandi. Lalu bersiap menuju sekolahnya. Setelah sarapan Cherr pun pamit untuk berangkat sekolah, dia segera bergegas mencari angkutan umum untuk dia tumpangi. Memang, ini sudah tanggal 10 juni, yang seharusnya banyak siswa yang sudah libur. Namun ini adalah hari terakhir mereka masuk, setelah pembinaan akan ada pembagian Raport. Dan mereka akan libur sekitar 1 bulan lamanya. Sesampainya di sekolah Cherr langsung mendapat banyak ucapan selamat ulangtahun dari teman-teman dan kakak kelasnya. Tak lupa dia mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya berlalu menuju kelasnya. Dia teringat pesan Revan yang telah menunggunya di kelas.
     Sesampainya di kelas, Cherr diberi kejutan oleh teman-temannya, mereka membawa kue kecil bertuliskan Old Che, kue itu dipegang oleh Revan. Teman-temannya memaksa Revan untuk memegang kue itu, walau mereka sempat dibentak oleh Revan berkali-kali namun akhirnya Revan bersedia. Cherr menghampiri Revan, lalu dia tersenyum semanis mungkin dan memejamkan matanya. Dia membuat permintaan kepada Tuhan agar diumur yang ke 14 ini, semua semakin baik. Lalu ketika membuka mata, dia langsung meniup lilin kecil berwarna biru yang terletak di tengah kue itu.
      Revan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Kotak kecil terbungkus rapih dengan kertas kado bergambar langit yang indah. Tidak ada pita, tidak mewah, dan tidak menarik namun bagi Cherr itu sangat berarti.Perlahan Cherr membuka kotak itu, sayangnya wali kelas mereka sudah berada di depan pintu. Cherr membatalkan niatnya membuka kotak itu dan berjalan menuju tempat duduknya. Semua sudah rapih ketika Larry ketua kelas memberi aba-aba untuk mengucapkan salam kepada wali kelas mereka itu.
  "Anak-anak, kita ada pembinaan sebentar untuk membicarakan nilai kalian dan keputusan tentang kenaikan kelas.Mungkin tidak semua akan naik ke kelas delapan, tapi ibu puas dengan usaha kalian." Ucap Bu Ela dengan santai sambil membuka buku jurnal besar yang didalamnya terdapat catatan laporan pembelajaran anak didiknya satu tahun kemarin. "Juara pertama kelas kita tahun ini juga memenangkan juara pararel angkatan. Dan siswa tersebut adalah Revan Garuda dengan rata-rata nilai 9.8. Juara kedua dan menduduki peringkat ketiga pararel adalah Devon Renata dengan rata-rata nilai 8.9. Dan juara ketiga dan menduduki peringkat keempat pararel adalah Cheryl Kaelynne Skyla dengan rata-rata nilai 8.8. Dan yang lebih penting lagi yang harus ibu sampaikan adalah kalian semua naik kelas" tutur Bu Ela dengan bangga sambil bertepuk tangan.
      Suasana kelas tiba-tiba menjadi sangat ramai. Beberapa siswa berteriak, beberapa melompat, ada yang berpelukan, dan mereka sangatlah bangga. Memang terkesan berlebihan, namun memang untuk naik kelas sangatlah ketat persyaratannya di SMP ini.Tapi perjuangan mereka membuat mereka menerima hasil yang baik. "Ikut gua ya pulang sekolah, ngerayain ulang tahun sekalian keberhasilan lo jadi juara. Mau kaan?" Bujuk Cherr pada Revan. "Asal gua boleh nambah. Dan lo harus dengerin cerita gua." Jawab Revan tenang. "Siap pak bos!"
     Setelah pembagian raport, Cherr dan Revan segera menuju ke sebuah mall. Mereka langsung masuk ke salah satu restaurant fast food favorite Cherr. Disana Cherr memesan 3 makanan dan 2 minuman sekaligus. Revan hanya memesan salah satu hidangan penutup dan ice cream.
  "Cherr gua mau cerita nih." Ujar Revan sambil memakan ice cream nya.
  "Tentang apaan? oh iya, thanks ya kadonya. Lucu." Ucap Cherr sambil memegang gelang berwarna biru langit dengan hiasan putih kecil di ujungnya.
  "Iya.Gini, menurut lo Alexa cantik gak?"
  "Hah? apaan?"
  "Iya, lo tau Alexa anak 7B kan? dia cantik gak menurut lo?"
  "Hmm.. Gak tau deh."
  "Kayaknya gua suka deh sama dia, bantuin gua ya. Kan lo ngerti tentang cewek."
  "Iya."
  "Jadi lo mau bantuin gua kan Cherr? Makasih banyak ya.. Lo emang sahabat terbaik gua."
  "..."
     Dalam diam mereka menghabiskan waktu makan siang mereka. Cherr sibuk dengan pikirannya tentang Alexa anak kelas 7B yang memang dulunya adalah teman dekat Cherr, sedangkan Revan sendiri sibuk memikirkan sikap Cherr yang tiba-tiba diam setelah pembicaraan tadi. Namun, Revan tidak mau ambil pusing, dia tau Cherr tidak pernah betah lama-lama berdiam diri dari Revan.